Kita Sudah Memasuki Era Kemerosotan Software? Mari Cek Faktanya! | Azura’s 7-Days Wrap Up


7-Days Wrap Up

Ding dong! 🔔
Selamat datang di newsletter pertama setelah berlelah-lelah puasa kemudian berbahagia di hari raya bagi yang merayakan! Mohon maaf lahir batin dari segenap Tim 7-Days Wrap Up. Kembali dengan kabar teknologi terkini, kali ini Azura Labs mengulik empat fakta terkini tentang kemerosotan software. Yuk, simak!


4 Fakta yang Terjadi Tentang Kemerosotan Software di Era Modern

Zaman semakin maju, dunia teknologi pun turut berlomba dalam kepesatannya. Namun di balik itu, ada fakta yang tidak bisa diabaikan mengenai kemerosotan software di era modern. Jika digamblangkan, topik mengenai kemerosotan software ini memang cukup aneh dan dirasa tidak relevan, apalagi oleh Milenial dan Gen Z.

Bagaimana tidak, alih-alih melihat kemerosotan kualitas software dengan mata kepala sendiri, kita malah disuguhkan dengan berbagai macam keuntungan dan kemudahan yang dihadirkan dari software-software yang kerap kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi tunggu dulu! Justru di situlah akar masalahnya. Ibarat sebuah rumah; bahwa industri software dan dunia teknologi sangatlah luas, dan kita tengah berada di dalamnya. Lalu, bagaimana bisa kita melihat sebuah kerusakan rumah jika kita hanya diam di dalamnya sambil menikmati fasilitas yang sudah terlanjur membuat kita nyaman?

Nah, di pembahasan kali ini, kami akan mengulas 4 fakta menarik mengenai kemerosotan software di era modern yang jarang orang-orang sadari. Dengan mengesampingkan terlebih dahulu keterlenaan yang diberikan oleh software-software di era modern, kami akan memberikan sudut pandang yang lebih luas mengenai kemerosotan dan keruntuhannya.

Maka dari itu, yuk, simak hingga akhir!

Sebagaimana yang kita ketahui, di era modern ini kita telah menjadi saksi atas kemajuan dunia teknologi komputer; termasuk algoritma dan bahasa pemrograman, yang kian hari kian canggih. Kemajuan tersebut memungkinkan sebuah software untuk bekerja lebih kompleks dalam menangani masalah-masalah yang lebih besar tiap harinya.

Hal itu ditandai dengan semakin bergantungnya kehidupan manusia pada sebuah software. Tanpa kita sadari, dari bangun tidur hingga tidur lagi, seorang manusia setidaknya menggunakan sebuah software sebagai penunjang kegiatan kesehariannya, minimal satu kali.

Jika merujuk ke tulisan yang dipublikasi di International Journal of Computer Science and Network Security, ketergantungan manusia pada software sangatlah rentan terjadi karena adanya kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya. Dengan software, manusia dapat dengan cepat menyelesaikan tugas-tugas yang rumit. Software juga memberikan efisiensi waktu dalam proses pengambilan keputusan.

Bahkan kehadiran software di tengah-tengah kegiatan keseharian manusia sudah meliputi banyak sektor, antara lain sebagai berikut;

  • Komunikasi
  • Kendaraan dan Transportasi
  • Pekerjaan
  • Perbelanjaan
  • Perbankan
  • Kesehatan
  • Produktivitas
  • Hiburan
  • Dsb.

Dengan begitu, tak heran jika fenomena kemerosotan software di era modern ini sangatlah tidak terlihat, bahkan tidak terasa oleh kita para penggunanya.

Jonathan Blow, seorang pengembang game yang terkenal dengan karya-karyanya seperti Braid and The Witness, telah lama mengkritik industri software modern. Menurutnya, ada beberapa alasan utama mengapa software mengalami kemerosotan, hingga telah memasuki era kehancuran atau soft collapse dari waktu ke waktu.

Kemerosotan software tersebut tentunya tak lepas dari keterlenaan para penggunanya dari suguhan-suguhan yang diberikan software itu sendiri. Sebagaimana kehancuran umat manusia pada umumnya, seseorang akan mengatakan bahwa hidup lebih menyenangkan pada tahun 2003 yang lalu. Namun, mereka sendiri tidak dapat menjabarkan apa hal yang membuatnya merasa bahwa 20 tahun lalu itu lebih baik dari hari ini. Alih-alih mencari tahunya, para manusia lebih memilih menerapkan filosofi Nrimo Ing Pandum dengan cara yang salah.

“Iya, sih, zaman terasa beda, gak se-asyik dulu. Tapi tak apalah, yang penting masih bisa hidup”

Begitu terus, hingga 20 tahun lagi, 20 tahun lagi, dan 20 tahun lagi. Hingga para manusia pun tak merasakan bahwa mereka sedang berada di dalam era kemerosotan dan kehancuran.

Hal yang sama pun berlaku di dunia software. Sekarang, bisakah kita menjabarkan berapa banyak bug yang kita dapatkan selama menggunakan software dalam satu hari? Alih-alih mencari jalan keluarnya, atau mengkritisi sistem pemrogramannya, kita malah bertindak seakan itu adalah hal yang sudah lumrah terjadi. Pada akhirnya, kita pun tidak menyadari bahwa itu merupakan salah satu ciri kemerosotan software di era modern.

Lalu apa sih fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga ternyata beberapa orang seperti Jonathan Blow mengklaim bahwa software mengalami kemerosotan dari hari ke hari?

4 Fakta Menarik Tentang Kemerosotan Software

1. Teknologi Software Belum Membaik dalam Beberapa Waktu Terakhir

Berbicara mengenai kemerosotan software, tentu saja tak akan lepas dari berbicara mengenai perkembangannya. Faktanya, tahukah kalian bahwa sebenarnya teknologi software belum benar-benar membaik dalam beberapa waktu terakhir?

Memang, ada hal-hal yang tidak bisa dipungkiri yang berpengaruh dalam kehidupan manusia di era modern, seperti kecanggihan AI yang turut membersamai teknologi software. Kita pun tak pernah bisa membayangkan, di era modern ini seseorang bisa dengan mudah mengganti atau mengotak-atik wajah menggunakan filter kamera, merubah suara, hingga melakukan hal ‘gila’ lainnya.

Kegilaan itulah yang tentunya membuat kita berpikir, bahwa teknologi software telah jauh berkembang dari waktu ke waktu. Nyatanya, perkembangan industri software sangatlah minor. Software bisa menjadi seperti sekarang ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena pengaruh mayor dari hardware, yang semakin hari semakin baik dalam perkembangannya.

Beberapa contoh dari hal-hal ‘gila’ yang bisa kita lakukan seperti yang sudah disebutkan di atas benar-benar mengandalkan kuantitas komputasi hardware untuk menghasilkan sesuatu yang mengesankan. Semakin cepat dan canggih hardware, maka software pun akan terlihat sama cepat dan canggihnya.

Alhasil, kita semakin melumrahkan ketika ada bug yang terjadi dikarenakan sistem pemrograman software yang error.

“Yah.. Error. Ya sudah, restart saja aplikasinya, siapa tahu gak error lagi.”

2. Industri Software Cenderung Fokus pada Keuntungan

Bukan sebuah kesalahan memang ketika sebuah perusahaan besar mementingkan keuntungan. Namun, kecenderungan tersebutlah yang mengakibatkan kemerosotan software. Buktinya, kualitas software seringkali tidak terjaga dengan baik, dan produk yang dirilis masih penuh dengan bug. Padahal, beberapa pengguna sudah amat dengan antusias merogoh kocek yang tidak sedikit demi menggunakan software tersebut.

Pada fenomena ini, industri software kerap sekali memberikan ilusi, seakan-akan para penggunanya sudah dicukupi dengan beberapa fasilitas bare minimum yang mereka berikan. Hal tersebut secara tidak sadar menutup mata para pengguna untuk tidak terfokus pada bug yang sehari-hari mereka temukan dan dapatkan.

Hasilnya, para perusahaan-perusahaan software tetap mendapatkan keuntungan tanpa mempedulikan kualitas softwarenya.

3. Kurangnya Perhatian pada Dunia Teknologi

Kurangnya perhatian pada dunia teknologi juga menjadi salah satu fakta tentang kemerosotan software di era modern ini. Perhatian pada dunia teknologi sudah seharusnya menjadi bahan penekanan bahkan di tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Universitas. Kemajuan teknologi, jika tidak didasari dengan SDM yang memadai, maka akan menimbulkan kemerosotan yang tak terkendali.

Saat ini, banyak industri pendidikan atau lembaga pelatihan yang hanya fokus mengajarkan teknologi tertentu, tanpa memberikan pembelajaran pada konsep-konsep yang lebih luas dan penting dalam pengembangan software.

Karena itu, banyak pengembang baru di industri software, bahkan para pengguna, yang kurang memahami konsep-konsep kritis seperti pengujian, source code management, dan perencanaan pengembangan yang efektif. Hal ini dapat mengakibatkan produk software untuk tidak berkembang dan sulit untuk diperbaiki.

Pertama, karena pengembangnya yang tidak kompeten. Kedua, karena para penggunanya yang tidak memahami dunia teknologi, bahkan dari tingkat yang paling dasar sekalipun.

4. Kurangnya Keterampilan Teknis dalam Industri Software

Fakta berikutnya mengenai kemerosotan software adalah kurangnya keterampilan teknis dalam industri software. Di era modern dan serba mudah ini, terlalu banyak pengembang yang hanya mempelajari sebagian kecil dari teknologi yang mereka gunakan saja. Dampaknya, para pengembang kurang menguasai konsep-konsep kreatif serta keterampilan lebih dalam lagi.

Ini mengakibatkan para pengembang cenderung mengejar solusi instan untuk masalah yang lebih kompleks. Alih-alih berinvestasi dalam pengembangan keterampilan teknis dan pemahaman yang lebih luas tentang teknologi yang mereka gunakan, para pelaku di industri software justru lebih memanfaatkan sistem yang lebih praktis, namun terbatas.

Kemerosotan Software dan Fenomena Programming Instan

Setelah mengetahui fakta-fakta mengenai kemerosotan software yang sudah dijelaskan tadi, lantas banyak sekali pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul di dunia teknologi, seperti; apakah kemerosotan software tersebut ada hubungannya dengan krisis keterampilan para pengembangnya?

Dari satu pertanyaan tersebut, lantas muncul kembali pertanyaan lainnya yang beranak-pinak, seperti; bisakah sebuah program chatbot yang menggunakan natural language processing dan berbasis Generative Pre-trained Transformer (GPT) membuat sebuah software? Jika iya, apakah Chat GPT berhasil membuat keterampilan para programmer menjadi terbatas akibat keinstanannya?

Lagi-lagi, Jonathan Blow angkat bicara mengenai fenomena tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui, Chat GPT sendiri bermula dari penelitian dalam bidang kecerdasan buatan dan pemrosesan bahasa alami yang dilakukan oleh organisasi OpenAI, pada tahun 2015 yang lalu. Chat GPT didirikan oleh beberapa tokoh seperti Elon Musk, Sam Altman, dan Greg Brockman.

Di tahun 2018 lalu, OpenAI meluncurkan GPT-1, yang merupakan model bahasa generatif pertama mereka yang dilatih dengan jutaan teks dari internet. OpenAI pun terus mengembangkat model GPT yang lebih besar dan canggih, seperti GPT-2 dan GPT-3. Bahkan, dikabarkan OpenAI tengah mempersiapkan GPT-4 untuk dirilis di waktu mendatang.

Atas banyaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut, lantas Jonathan Blow menyatakan bahwa Chat GPT tidak bisa membuat program, menyelesaikan low level programming, hingga melakukan debugging. Hal itu dikarenakan bahwa Chat GPT tidaklah dirancang untuk mengerti keinginan para penggunanya.

Tapi, bukan berarti Chat GPT tidak bisa membantu para pengembang software dalam membuat atau menyelesaikan programnya, bahkan dalam melakukan debugging. Namun, sebagaimana yang sudah dijelaskan, bahwa Chat GPT tidaklah dirancang untuk memahami dan mengerti keinginan para penggunanya. Di sinilah justru proses creative para pengembang dapat terbantu.

Maka, dari pada menggunakan Chat GPT untuk membuat software dengan cara memintanya menulis program dari 0, alangkah baiknya para pengembang software menggunakannya untuk membantu mereka dalam perancangan proses creative, mulai dari menulis program, dan melakukan debugging.

Dengan begitu, industri software tidak akan lagi mengalami kemerosotan software yang disebabkan atas kesalahan-kesalahan dalam bidang teknologi, termasuk programming, yang dilumerahkan dari masa ke masa.

Apakah Itu Berarti Industri Software Semakin Buruk?

Lagi, pertanyaan yang beranak-pinak teruslah muncul. Sebelum masuk ke poin conclusion, ada baiknya kami menjawab pertanyaan tersebut dari perspektif kami.

“Apakah industri software semakin buruk, seiring terus berjalannya fenomena kemerosotan software?”

Bisa iya, bisa juga tidak. Semua tergantung dari kita, sebagai pelaku di industri software. Karena, sebagaimana yang kami jelaskan di awal, bahwa banyaknya jumlah bug yang ditemui dan di-lumerahi sangatlah sebanding dengan banyaknya software yang digunakan, bahkan dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Industri software akan terus mengalami kemerosotan jika;

  • Pertama, para pelakunya selalu terlena terhadap program yang disuguhkan, tanpa mengkritisi bug-bug yang terdapat di dalamnya.
  • Kedua, para pelakunya selalu terlena dengan fenomena penulisan program yang instan, tanpa menghiraukan proses sketching yang dapat mengembangkan keterampilan penulisan program.

Semoga bermanfaat!


Hope these news give you new insights.
Have a wonderful week!

Azura Labs

external-linklinkedintwitterinstagramfacebookyoutube

Jl. Lumbungsari V No.3, Kalicari, Kec. Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah 50198
Unsubscribe · Preferences

Welcome to Azura Labs’ Newsletter!

Mau update insight-mu seputar dunia IT dan startup? Dapatkan kompilasi berita up-to-date tiap minggunya dengan subscribe Newsletter Azura Labs. Freshly baked every week! ✨ More about Azura Labs : https://azuralabs.id/

Read more from Welcome to Azura Labs’ Newsletter!
blue and white apple logo

Newsletter Update! 7-Days Wrap Up Ding dong! 🔔 Tidak terasa, sekarang sudah di penghujung bulan Ramadhan. Agar kamu makin semangat menunggu buka puasa, Azura Labs membawakan rahasia di balik algoritma tweet di timeline Twitter dan rencana GoTo lari kencang di 2023 Di Balik Layar Tweet di Timeline Twitter Algoritma Twitter (Gambar: Twitter Theo @t3dotgg) Are you one of the Twitter Netz?Then, you would love to read this! Sudah 17 tahun lamanya sejak Twitter didirikan oleh Jack Dorsey bersama...

Everyday English book

Newsletter Update! 7-Days Wrap Up Ding dong! 🔔 How was your first week of fasting? Memasuki minggu ketiga puasa, 7-Days Wrap Up kembali dengan berita terkini: Kenapa Programmer Harus Bisa Bahasa Inggis dan Memperkenalkan Microsoft 265 Copilot. 5 Alasan Kenapa Programmer Harus Bisa Bahasa Inggris Pertanyaan, “apa programmer harus bisa bahasa Inggris?” kerap bersliweran, terutama ditanyakan oleh programmer pemula. Azura Labs akan membahas jawaban dari pertanyaan tersebut di artikel ini. Yuk,...

pink and black hello kitty clip art

Newsletter Update! 7-Days Wrap Up Ding dong!🔔How was your first week of fasting? Azura Labs is back with tech tea of the week untuk menemani waktu ngabuburit. Minggu ini, kami membawakan rahasia developer Discord dalam mengembangkan database data hingga biliunan hingga AI tools untuk membantu pekerjaan content creators makin sat set! Rahasia Discord Simpan Hingga Biliunan Pesan Tahun 2017, Bo Ingram, Senior Software Engineer Discord, dan rekannya menuliskan sebuah postingan blog berjudul “How...